CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 09 Desember 2015

Delirium, Amnesia dan Demensia

Gangguan Delirium
            Halgin dan Withbourne (2010) mengemukakan bahwa delirium adalah kondisi yang terjadi sementara waktu yang menyebabkan individu mengalami tertutupnya kesadaran sehingga mereka tidak menyadari apa yang terjadi di sekitar mereka dan tidak mampu untuk fokus atau memusatkan perhatian.
Individu akan mengalami perubahan kognitif yang membuat ingatan menjadi kabur dan mengalami disorientasi. Orang yang mengidap delirium akan lupa dengan apa yang baru saja terjadi satu jam yang lalu, bahkan tidak menyadari hari dalam seminggu. Kemampuan berbicara sulit dipahami, sering berpindah dari satu topic ke topic yang lain, dan tidak karuan. Individu mengalami delusi, halusinasi, ilusi, dan gangguan emosional seperti kecemasan, euphoria, dan mudah marah. Individu dapat melakukan hal-hal yang berbahaya secara fisik seperti jatuh dari tangga, dan berlari ke jalan dengan lalu lintas yang padat.
Pada banyak kasus, delirium disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada metabolism otak dan biasanya mencerminkan sesuatu yang abnormal sedang terjadi di dalam tubuh. Penyebab lainnya juga dapat disebabkan oleh banyak faktor termasuk keadaan mabuk karena pengaruh zat kimia tertentu, cedera otak, demam tinggi, dan kekurangan vitamin. Orang dari berbagai usia dapat terkena delirium tetapi lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut yang di rawat di rumah sakit jiwa terutama pasien bedah dengan gangguan kognitif yang sudah ada sebelumnya dan simtom depresi (Minden dkk., 2005). Banyak terjadi pada pasien usia lanjut dikarenakan dengan adanya fakta bahwa mereka memiliki fisik yang mudah goyah dan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menjalani operasi yang dapat memancing terjadinya delirium (Curyto dkk., 2001).
Serangan gangguan delirium biasanya terjadi secara cepat, berkembang paling lama dalam waktu beberapa hari, dan berlangsung selama periode waktu yang singkat jarang terjadi pada periode waktu lebih dari satu bulan. Pada beberapa kasus, individu menunjukkan perkembangan simtom yang lebih lambat dan tidak terlihat. Individu dapat mengalami berbagai macam gangguan emosional seperti kecemasan, ketakutan, depresi, mudah marah, euphoria, gelisah, kesulitan untuk berpikir jernih, dan hipersensitif terhadap rangsangan auditori dan visual selama beberapa hari. Selama gangguan terjadi simtom-simtom dapat berubah-ubah sesuai dalam satu hari, misalnya simtom menghilang pada pagi hari dan semakin memburuk pada malam hari, dan ketika tidru individu terganggu dengan mimpi buruk yang terasa nyata.
Intervesi yang dilakukan dapat berdasarkan pendekatan multidimensional seperti pemberian edukasi pada staf asesmen mengenai pencegahan, treatmen, dan memahami kebutuhan pasien delirium (Lundstrom dkk., 2005).

Gangguan Amnestik
            Amnestik atau amnesia merupakan gangguan dimana individu tidak dapat mengingat kembali informasi yang telah dipelajari sebelumnya atau tidak dapat menyimpan ingatan baru. Individu mengalami ketidakmampuan untuk memasukkan peristiwa yang baru saja terjadi ke dalam memori dan ketidakmampuan untuk mengingat kembali informasi penting. Kehilangan ingatan terjadi akibat kerusakan yang terjadi pada daerah subkortikal pada otak yang bertanggungjawab untuk menggabungkan dan memanggil kembali informasi. DSM-IV-TR membagi dua kategori utama terkait gangguan amnestik yaitu:
a.     Gangguan amnestik yang terjadi karena kondisi medis bersifat kronis seperti trauma pada kepala, kekurangan oksigen, atau herpes simpleks yang biasanya berlangsung selama satu bulan atau sementara waktu.
b.    Gangguan yang terjadi karena penggunaan obat-obatan yang menyebabkan gangguan kerusakan memori yang serius (substance induced-persisting amnestic disorder). Dapat disebabkan oleh sejumlah zat kimia termasuk pengobatan, obat-obatan terlarang, toksin pada lingkungan, seperti timah, merkuri, insektisida, dan cairan pelarut buangan industry.
Bentuk Amnesia
a.     Anterograde amnesia yaitu individu tidak mampu mentranser kejadian baru dalam ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang yang permanen. Individu tidak mampu mengingat hal-hal yang terjadi setelah munculnya amnesia ini walaupun peristiwa baru terjadi beberapa saat yang lalu. Bentuk amnesia ini tidak dapat disembuhkan dengan terapi atau terjadi lupa permanen.
b.    Retrograde amnesia yaitu individu tidak mampu mengingat kembali masa lalu yang lebih dari peristiwa lupa biasa. Namun amnesia ini dapat disembuhkan dengan terapi.
Kedua bentuk amnesia di atas dapat muncul bersamaan pada penderita yang sama seperti pada pengendara sepeda motor yang tidak dapat mengingat akan pergi kemana dia sebelum tabrakan (retrograde amnesia), dan juga melupakan kejadian di rumah sakit dua hari setelah tabrakan (anterograde amnesia).
c.     Amnesia parsial yaitu individu tidak mampu mengingat dan mengenali beberapa orang dalam jangka waktu 3 tahun bahkan selamanya. Amnesia ini biasanya disebabkan oleh individu pernah mengalami operasi transplantasi sum-sum tulang belakang. Amnesia parsial terjadi cukup langka karna tidak banyak orang yang mau untuk melakukan tranplantasi sum-sum tulang belakang untuk pengobatan penyakit Thalassemia Mayor.
d.    Amnesia Disosiatif
            Individu yang mengalami amnesia disosiaif tidak mampu untuk mengingat detail personal yang penting dan pengalaman yang seringkali berhubungan dengan kejadian traumatis atau sangat menekan. Memori hilang tanpa berhubungan dengan adanya disfungsi otak yang berkaitan dengan kerusakan otak atau obat-obatan, juga bukan kondisi lupa yang umumnya terjadi. Individu dengan amnesia disosiatif umunya memberikan gambaran tentang sebuah rentang atau rangkaian dalam ingatan mengenai kejadian di masa lalu atau bagian kehidupan mereka. Ada empat jenis amnesia disosiatif yaitu sebagai berikut:
a.       Localized amnesia
Individu lupa semua kejadian yang terjadi selama interval waktu tertentu. Biasanya interval waktu ini diikuti dengan cepat oleh kejadian yang sangat mengganggu  seperti kecelakaan mobil, kebakaran, atau bencana alam.
b.      Selective amnesia
Individu tidak dapat mengingat kembali beberapa hal yang terjadi dalam sebuah kejadian. Seperti orang yang selamat dari kecelakaan dapat mengingat saat ambulans membawanya namun tidak dapat mengingat bagaimana ia selamat dari kecelakaan mobil.
c.       Generalized amnesia
Sebuah sindrom dimana individu tidak dapat mengingat kembali semua hal dalam hidupnya.
d.      Continuous amnesia
Individu tidak dapat mengingat kembali kejadian khusus dan mencakup waktu saat itu. Seperti, seorang veteran perang dapat mengingat kembali masa kanak-kanaknya, masa muda hingga ia bergabung ke dalam militer namun ia lupa semua hal yang terjadi setelah perjalanan pertamanya dalam tugas perang.
Treatment
Treatment |yang digunakan bermacam-macam, sebagian besar karena kondisinya juga bervariasi. Tujuan utama dalam memberika treatment terhadap orang dengan symptom-simptom disosiatif adalah dengan membawa kestabilan dan integrasi dalam hidup mereka. Hal yang penting dalam treatment mereka adalah membangun sebuah lingkungan yang aman, jauh dari stressor yang mengancam yang mungkin dapat membangkitkan disosiasi. Pada keamanan dalam konteks treatment, klinisi akan mengenalkan teknik yang akan menenangkan, beberapa bersifat psikoterapeutik dan yang lain bersifat psikofarmakologis. Beberapa klinisi akan menambah obat dan intervensi yang juga dapat membantu meningkatkan kondisi tenang. Obat yang paling umum digunakan adalah sodium pentobarbital dan sodium amobarbital yang memfasilitasi proses wawancara, khususnya pada klien yang mengalami amnesia disosiatif. Jika amnesianya telah hilang, maka klinisi akan membanti klien menemukan kejadian apa dan factor-faktor apa yang menyebabkan amnesia.

Demensia
Demensia adalah bentuk kerusakan kognitif yang melibatkan penurunan yang terjadi terus menerus pada fungsi memori dan kemampuan mempelajari informasi baru, kemampuan dalam berkomunikasi, memutuskan, dan koordinasi motorik. Selain itu individu mengalami perubahan pada kondisi kepribadian dan emosional.
Penyebab utama demensia yaitu terjadinya kerusakan otak yang besar dan terus meningkat. Selain itu beberapa kondisi fisik yang dapat menyebabkan demensia yaitu penyakit vascular (pernapasan), AIDS, trauma pada kepala, dan zat-zat psikoaktif.
Karakteristik Demensia
1.    Hilangnya memori
Tanda awal individu mengalami demensia yaitu terjadinya kerusakan ringan pada fungsi memori yang menyebabkan ketidakmampuan untuk mengingat kembali informasi apapun yang baru saja terjadi. Individu perlahan-lahan akan mengalami hal-hal sebagai berikut:
1)    Afasia yaitu hilangnya kemampuan untuk menggunakan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan pada daerah otak untuk berbicara dan bahasa. Kerusakan tersebut akan memengaruhi kemampuan individu memproduksi dan memahami bahasa. Afasia terbagia lagi menjadi dua yaitu:
a.       Afasia wernicke yaitu individu mampu menghasilkan kata-kata tetapi kehilangan kemampuan untuk memahami sehingga verbalisasi yang dihasilkannya tidak memiliki arti apapun.
b.      Afasia broca yaitu memiliki gangguan dalam memproduksi bahasa tapi masih mampu memahami bahasa dengan baik.
2)    Apraksia yaitu individu kehilangan kemampuan dalam mengoordinasikan gerakan tubuh yang sebelumnya dapat ia lakukan tanpa mengalami kesulitan. Gangguan terjadi bukan disebabkan oleh adanya kelemahan fisik atau penurunan fungsi otot tapi disebabkan oleh kemunduran fungsi otak.
3)    Agnosia yaitu individu tidak mampu mengenali benda-benda atau pengalaman yang sudah lazim meskipun individu tetap memiliki kemampuan dalam memahami elemen dasarnya.

2.    Gangguan pada fungsi eksekutif
Gangguan yang terjadi pada kemampuan kognitif seperti berpikir abstrak, merencanakan, mengorganisasi, dan melakukan perilaku tertentu. Disfungsi eksekutif terlihat jelas dalam perilaku sehari-hari seperti kebingungan untuk menyalakan kompor, bingung dalam menulis angka, tidak tahu cara mengangkat telepon, dan adanya kerusakan dalam berpikir abstrak.
Treatment
Dalam sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan. Para peneliti membuat terobosan ke pengobatan yang dapat memperlambat progresifitas demensia. Selama tahap awal individu akan diberikan inhibitor cholinestaerase. Selain itu, terapi kognitif dan perilaku juga dapat digunakan untuk penderita. Beberapa studi penelitian menemukan bahwa terapi music juga dapat membantu penderita demensia. Dan juga ada beberapa obat yang telah disetujui sebagai pengobatan untuk penderita demensia yaitu tacrine (cognex), donepezil (Aricept), galantamine (razadyne), dan rivastigmine (Exelon).




Referensi
Halgin, R. P., & Whitbourne, S. K. (2010). Psikologi abnormal: Perspektif klinis pada gangguan psikologis. Jilid I. (Diterjemahkan oleh Tusya’ni, A., dkk.). Jakarta: Salemba Humanika.
Halgin, R. P., & Whitbourne, S. K. (2010). Psikologi abnormal: Perspektif klinis pada gangguan psikologis. Jilid II. (Diterjemahkan oleh Tusya’ni, A., dkk.). Jakarta: Salemba Humanika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar